Archive for November, 2010

Ibu, Aku Selalu Mencintaimu

23 Nov

Oleh Halimah

Ibu…

Saat kanak-kanak dulu, ada sebuah peristiwa yang membuatku sangat takut. Tapi Bu…Engkau datang melindungiku. Mungkin Ibu lupa, tapi aku akan mengenangnya sebagai bagian dari lukisan indah darimu.

Peristiwa itu terjadi kira-kira saat aku berusia enam tahun, dan telah duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Pada saat itu, siang hari, Ibu akan pergi ke sebuah acara. Sebelum pergi, ibu telah memberiku sebuah pengertian agar tidak naik di meja belajar kakak. Ibu juga telah memberikan alasannya.

Saat itu, aku sangat senang bermain di atas meja. Tapi saat meja kakak telah diberi selembar kaca, dengan tujuan memudahkannya menulis ataupun menggambar di atasnya. Karena memang permukaan meja belajar kakak tidak begitu mulus. Jadi memberikan selembar kaca di atasnya dengan harapan membantu proses belajar kakak akan menjadi lebih baik.

Janji telah terikrar mantap, untuk tidak menyentuh daerah terlarang. Tapi berlaku hanya untuk beberapa saat. Saat tidak ada satu pun penghuni rumah, ternyata aku lupa dengan janji. Selanjutnya naik ke atas meja belajar, dan memeragakan gaya seorang penyanyi cilik, Chicha Koeswoyo. Saat itu penyanyi tersebut lagi digandrungi oleh teman-temanku bahkan diriku pula.

Apa yang terjadi?

Tentu saja kaca di atas meja tersebut terbelah menjadi dua bagian. Aku terhenyak! Ternganga! Tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku mengingat janjiku. Badan pun dibasahi oleh keringat yang mengucur. Aku takut pada Ibu, juga pada kakakku. Rasanya aku ingin tenggelam di dalam bumi saja! Aku tahu aku salah, tapi aku tidak tahu akan berbuat apa saat itu. Lama aku merasakan sebuah penyesalan, tapi aku tetap tidak menemukan jalan keluar. Akhirnya aku tertidur di samping meja tersebut.

Ibu,

Saat aku terbangun, aku tidak langsung membuka mata. Aku mendengar suara Ibu yang memberikan argumentasi tentang keadaan itu. Kakakku terdengar sangat marah. Tapi ibu mengatakan, “Coba lihat adikmu itu! Dia masih polos! coba lihat, dia tertidur di samping mejamu. Pasti dia sangat kebingungan, karena telah berbuat salah.

Kejadian itu membuatku semakin tahu, bahwa Ibu akan selalu ada untukku. Aku merasakan “belaian” pembelaan darimu. Aku ingin melompat dan memelukmu saat itu. Tapi tak mungkin aku lakukan, karena aku pura-pura masih tertidur, padahal aku mendengar semua pembicaraan kalian.

Ibu,

Kenangan itu masih ada di sini, di dada ini. Ternyata betapa banyak hal yang dulunya kita lalui bersama, tapi saat kebersamaan itu ada, aku tidak begitu tahu “pahatan indah” apa saja yang telah aku dapatkan darimu, Bu. Karena aku hanya merasa, itu hanyalah sebuah kejadian yang memang harus ada.

Ibu,

Saat ini, setelah aku dikarunia tiga orang putera. Mengasuh dan mendampinginya dengan segenap kasih, membuatku menjadi tahu dan mengerti tentang apa yang telah Ibu lakukan padaku. Kasihmu, perlindunganmu dan airmatamu telah banyak tercurah hanya untukku.

Ibu,

Maafkan aku, karena ternyata seringkali aku tidak memahami apa yang Ibu inginkan dariku. Karena apa yang Ibu inginkan dariku seringkali tidak sesuai nalarku saat aku masih di sampingmu. Aku hanya seorang anak yang belum banyak mengenal dunia pada saat itu, dan perlu banyak belajar untuk dapat sampai pada tahap sepertimu, Bu.

Ibu,

Walau Ibu telah tiada, Aku selalu mencintaimu. Cinta yang tak mungkin pudar oleh waktu. Karena cinta yang aku rasakan darimu membuat diriku mengerti, apa arti dari cinta seorang yang memberi tanpa mengharapkan balasan. Cinta yang mengakar kuat di dada ini, merupakan buah cinta yang telah engkau tanam bertahun lamanya dengan segenap kasihmu.

Sengata, 23 Oktober 2010

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

Sosok Bapak Tercinta

23 Nov

Oleh bidadari_Azzam

Beliau tak banyak bicara, namun jika mulai bercerita, pasti sulit menyudahinya. Wajahnya tampak sangar, kata teman-temanku. Namun jika beliau melempar senyum, maka keramahan yang tulus terpancar jelas di matanya. Penampilan beliau sangat necis, rapi sekali, sepatu tanpa debu, celana panjangnya mulus selalu, seperti usai disetrika. Yah, bapak yang sangat “dekat” denganku, sangat menjaga dan memperhatikan putra-putrinya. Salut dan bangga kami, bersyukur padaNYA yang mengirimkan kami seorang bapak sehebat beliau.

Kalian pasti tak tau bahwa di balik penampilan necisnya, beliau sangat mandiri. Celana mulus dan rapinya terkadang disetrika sendiri. Kemeja dan celana beliau selalu awet, tidak kusam, tidak kusut, tampak seperti baru walaupun sudah puluhan tahun dipakai. Bapak sering merendam pakaian sendiri, mencuci, mengangkat jemuran, menyetrika, bahkan memasak sendiri, padahal dinas kerjanya “shift-shift-an”, kadang pagi, sore ataupun malam, pasti lelah! Subhanalloh… Hal tersebut dilakukan beliau karena tergugah rasa hatinya untuk membantu sang istri yang saat itu memiliki anak-anak kecil dan bayi-bayi, enam putra-putri. Tetangga kanan kiri terbiasa melihat beliau menyapu teras, mengelap jendela atau sepeda motornya, juga membersihkan halaman, kadang-kadang bersama sang istri, mesra sekali bekerja sama saat berbenah seperti itu.

Kemudian ketika anak-anak sudah lumayan besar, barulah bapak mengajarkan mereka perlahan, Saya dan kakak diajarkan menyapu, mencuci piring, menyetrika dengan baik, dan pekerjaan rumah lainnya oleh beliau. Khususnya Saya yang hampir bontot, serta dijuluki si tangan pena gara-gara lebih rapi kalau menulis dibandingkan saat melipat pakaian atau urusan dapur, bapak mengajarkan ilmu “nyuci-nyetrika” saat Saya mulai masuk kuliah, pertama kalinya berpisah jauh dengan orang tua. Sejak kecil kala menerima raport dengan nilai terbaik sebagai juara, yang mengambil raport adalah ibuku sebab bapak sedang dinas. Namun yang namanya lebih beken adalah bapakku, sebab memang di kompleks perumahan kami, berita lebih cepat terdengar melalui bapak-bapak, yang satu shift kerja, satu tim olahraga, atau satu tim ronda.

Saya masih ingat, bapak sering memandikan anak-anaknya, terutama sore hari, kala ibu menyiapkan kudapan teh sore. Kemudian ketika kami satu persatu mulai lebih sibuk, kakak kuliah, ada yang s-m-a, s-m-p, Saya yang masih SD sering dijemput pulang sekolah. Ketika beliau sibuk menjemput kakak-kakak lainnya, Saya disuruh bersepeda ke sekolah dengan menyemangati bahwa olahraga sepeda sangat menyehatkan. Beliau nasehati untuk bersepeda bareng dengan tetanggaku yang satu sekolah. Kalau sepeda rusak, “mang Otong” sebagai mantan sopir beliau (yang berubah posisi menjadi pengayuh becak) akan menjemput Saya ataupun kakak lainnya. Berjalan kaki sering, terutama di siang hari. Bapak sangat protektif terhadap anak-anaknya, terutama empat putrinya. Jika kami pulang les atau ekskul namun hari menjelang maghrib, bapak dan ibu sudah menanti di depan pintu, sungguh perhatian mereka sangat besar dan mengharukan.

Makanya saya heran dengan remaja sekarang, kenapa mudah sekali bepergian di malam hari sendirian, dan jika orang tua menasehati, dikira “over-proteksi”. Saya pernah saling curhat dengan guru sekolah, guruku yang ramah dan baik hati, beliau berkisah bahwa papanya selalu mengantar-jemput sampai beliau lulus kuliah! Beliau harus melampirkan jadwal kuliah dan jadwal harian lainnya di rumah agar papa dan mamanya tau, dan jika pulang terlambat, akan dimarahi habis-habisan. Namun guruku ini sangat bersyukur, beliau mengerti kekhawatiran orang tuanya, apalagi dia berada di kota yang terkenal dengan istilah umum, “ayam kampus”. Sehingga beliau pun menasehati untuk banyak bersyukur karena memiliki orang tua yang penuh perhatian.

Untunglah bapakku tak segarang itu, bahkan marah pun jarang. Kalau beliau marah, pasti diam. Dan diamnya itu sangat mengerikan buat kami, seolah berkata “silakan urus diri kalian masing-masing”. Tentulah kami menjadi sangat segan padanya, tidak ingin membuaatnya marah atau terluka.

Setiap hari pulang kerja, bapak membawa telur rebus (direbus saat senggang di kantornya) dan susu UHT buatku dan adik. Kalau di antara kami sakit dan harus dirawat di rumah sakit, bapak yang sibuk mondar-mandir antara rumah dan rumah sakit, beliau meminta ibuku yang menjaga di rumah sakit, sedangkan urusan rumah, beliau yang mengambil alih, subhanalloh, rumah kami tetap bersih dan rapi, padahal tentulah lelah usai beliau bekerja seharian.

Selanjutnya tatkala 13 tahun lalu beliau bingung dengan kegigihanku ingin menggunakan hijab, namun beberapa bulan sebelum awal masuk sekolah yang baru, Bapak memberikan dana kepada ibuku, “belilah pakaian seragam baru dan kerudung seperti yang anakmu inginkan…”. Dugaanku, sahabat-sahabat beliau memberikan saran yang baik tentang ini.

Suatu peristiwa yang membuat bapak “mendiamkan Saya”, saat awal kuliah semester dua, Saya malah minta izin buat ujian SPMB lagi tahun berikutnya dan untuk menikah di usia yang baginya sangat belia. Saya dikira mengalami gangguan jiwa apalagi calon suami adalah mahasiswa berbeda pulau, berbeda latar belakang, ‘maisyah’ seorang mahasiswa tentulah tak seberapa. Bapak marah besar. Sikap beliau merasa seolah “ ada apa ini ? sehebat apa sih mahasiswa itu sehingga kamu ingin menikah padahal Bapak kan memenuhi semua keperluanmu”. Benar. Bergulirnya waktu di tahap khitbah itu, saat bapak masih syok dan belum sepenuhnya ikhlas, malah beliau perlahan mengajariku berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya, “sulit lho… ngurus suami, ngurus kuliah, ngurus anak pula…”, Saya melihat sikap beliau berusaha tegar. Dan mamandaku bercerita, “malam itu bapak menangis seraya berkata,’Saya sulit melepas anak perempuanku’…”. Di saat super sedihnya itu, beliau masih menyiapkan bekal cincin emas buat simpananku.

Atas kebesaran Allah SWT, Dia Sang Penjaga Hati setiap insan, selalu menjaga kemudahan dan kelancaran rumah tangga kami, yang mana dalam hitungan satu tahun pertama adanya puncak kesulitan mengatur emosi, memahami satu sama lain, serta menata jadwal perkuliahan dengan urusan rumah tangga yang saat itu memiliki si sulung Azzam yang baru lahir. Tatkala awal kelahiran si sulung, Bapak menggendongnya, seraya berbisik, “utamakan keluarga… suami dan anak-anakmu harus didahulukan daripada kuliahmu itu,” nada suaranya menasehati bercampur sedikit kecewa.

Namun tahun selanjutnya, semakin penuh senyum wajahnya melihat kesungguhan kami melalui tangga-tangga kehidupan berumah tangga. Saya kembali menikmati canda dan tawa bersama beliau, bersama motor kesayangannya, bersama menikmati pempek atau martabak kesukaan kami, apalagi beliau makin menjadi sosok bapak yang sholeh, 5 tahun lalu bapak dan ibu telah menunaikan rukun Islam yang kelima, dan awal tahun lalu kami berlibur ke negara tetangga, di suatu pulau yang dikelilingi pantai seraya menyambut cucu kesembilan baginya, yang baru kulahirkan. Suatu malam sebelum berangkat ke acara wisudaku, ibuku kembali berkata, “bapak menangis… (lagi)”. Dulu tangisnya mungkin merupakan kebingungan dan berkecamuk rasa kecewa padaku, namun tangis yang satu ini adalah tangis kebahagiaan, serta rasa syukur kepadaNya, “ternyata kamu memang anak wanita yang tetap bapak banggakan, pilihanmu dulu adalah jalan yang terbaik, malah merupakan petunjuk dan pelajaran buat orang tua,” seraya beliau panjang lebar memujiku dan suamiku atas tekad dan semangat juang dalam rumah tangga muda ini.

Suamiku yang sering menggoda, “kamu anak bapak banget…”, ternyata juga mengacungi jempol untuk bapak, “sekarang aku malah malu sekali kalau ingat kisah dulu, aku tau banget perasaan seorang bapak saat sekarang sudah jadi bapak. Dulu koq aku berani banget melamar kamu, padahal masih mahasiswa, cuma jagain lab plus ngajar privat doank, ehhh…trus sok dewasa bilang ‘atas nama Allah’ Saya akan jaga anak bapak…ckckck…untunglah punya bapak yang pemaaf dan selalu optimis, ya mi… aku mungkin tidak sehebat bapakmu, mi… Kata bapak, semasa anak-anaknya balita, kalau susah BAB(buang air besar), maka bapak sendiri yang melakukan cara manual (maaf, mengisap bagian anus agar ada reaksi ingin BAB, maksudnya begitu), kalau anak-anaknya ingusan/pilek, bapak menghisap ingus tersebut sampai benar-benar bersih, kalau anak-anaknya terluka, bapak isap juga darah tersebut lalu beliau meludah, barulah ditutup dengan obat luka. Kalau aku,mungkin masih merasa jijik melakukan itu, mi… sorry… “, urainya. Duhai Bapak tercinta, terima kasih banyak atas dukunganmu di saat orang lain tidak mendukung kami…

Dalam sebuah hadits Al-Bukhari, diriwayatkan dari Aisyah ra. : seorang ibu bersama dua orang anak perempuannya menemuiku untuk meminta (sedekah), namun ia tidak menemukan apa pun padaku kecuali sebuah kurma yang kuberikan kepadanya dan ia bagi dua untuk anak-anaknya, sedangkan ia sendiri tidak memakannya, setelah itu ia pun bangun dan pergi. Kemudian Nabi Muhammad Saw menemuiku dan kuberitahukan kejadian itu kepadanya. Maka Nabi Muhammad Saw bersabda, “siapa pun yang diuji dengan anak-anak perempuannya dan ia menyenangkan mereka dengan kebajikan maka anak-anak perempuannya akan menjadi perisai mereka dari api neraka”.

Duhai bapak, saat orang lain merasakan jauh dengan orang tuanya, efek globalisasi yang membuat hubungan orang tua dan anak merenggang, malah engkau tetap harmonis bersama anak-anakmu, Terima kasih Ya Allah, engkau memberikan bapak terbaik buatku.

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa menanggung dua anak perempuan hingga baligh, ia akan datang pada hari kiamat bersamaku’. Rasulullah SAW lalu menyatukan jari-jari beliau.” (HR. Muslim, no. 2631)dalam riwayat Imam Ahmad dll juga disebutkan kata “dua atau tiga anak perempuan…” serta “atau saudara perempuan”, Semoga kami selaku anak-anak perempuan dapat menjadi ‘simpanan akhirat’ sebagaimana sabda Rasulullah SAW tersebut.

Wallohu’alam…

(Selamat hari Lahir Bapak kami yang bangga memiliki 2 putra dan 4 putrinya, 65 tahun, dengan 9 cucu, tanpa uban, iringan doa ananda selalu, Krakow, akhir September 2010)

Gunung Meletus dan Al-Qur’an

23 Nov

Oleh Fatimah Ali Salsabila

Masih segar dalam ingatan kita tentang meletusnya kembali gunung merapi di Jogjakarta. Dan bahkan sampai saat ini gunung merapi masih memuntahkan awan panasnya. Astaghfirullah…korban yang berjatuhan pun tak sedikit jumlahnya. Ditambah lagi kisah mbah maridjan yang turut menjadi korban awan panas tersebut. Tercatat sekitar 30-an jumlah korban Merapi di Kinahrejo, termasuk editor senior VIVAnews.com Yuniawan Wahyu Nugroho dan relawan PMI Sleman.

Penulis tidak akan membahas kisah mbah Maridjan ataupun kematiannya. Hal yang penulis sempat terpikir akan kejadian gunung merapi meletus ini adalah Al-Qur’an. Penulis teringat untaian kalimat yang pernah di dengar bahwa jika sekiranya Al-Qur’an diturunkan kepada gunung maka gunung tersebut tak sanggup memikul amanah tersebut, dan Al-Qur’an pun diamanahkan pada yang namanya manusia, makhluk Alloh yang sempurna bahkan setan pun disuruh bersujud pada nabi Adam walau akhirnya membangkangnya dan masuklah setan kedalam neraka.

Ya Alloh ya Rabbi…penulis membayangkan kejadian di Jogjakarta, ya Alloh…gunung itu baru “batuk” belum meletus apalagi terpecah belah. Begitu mulianya Al-Qur’an bahkan saking mulianya, gunung pun tak sanggup dengan amanah tersebut. Subhanalloh…sungguh beruntung yang namanya manusia, diberi amanah Al-Qur’an ini…

Ternyata penulis tak sengaja temukan, untaian kalimat tersebut berasal dari Al-Qur’an. Ada dalam Al-Qur’an surat Al Hasyr ayat 21.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir .

Teringat perkataan seorang ustadzah, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang paling mulia maka sudah seharusnya lah manusia yang membacanya harus memakai adab-adab dalam membaca Al-Qur’an, jangan disamakan seperti membaca koran, majalah dan buku-buku lainnya yang kadang bisa dibaca sambil tiduran atau makan cemilan.

Membaca Al-Qur’an dalam keadaan sempurna, suci dari najis dan duduk dengan sopan dan tenang. Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya Al-Qur’an itu akan menjadi syafa’at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya).” (HR. Muslim).

Subhanalloh…sungguh sangat luar biasa, maka sudah sepantasnyalah kita manusia yang diberi amanah ini berusaha dengan sungguh-sungguh mentadabburi Al-Qur’an, setahap demi setahap. Jika belum bisa membaca Al-Qur’an belajarlah, jika belum lancar perbanyaklah membaca Al-Qur’an, bukankah kebiasaan baik itu memang harus dibiasakan. Sebagaimana sabda Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Al-Qur’an memberi petunjuk kepada umat manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya. Seperti yang saya kutip dalam buku bersama kereta dakwah dinyatakan bahwa ada tiga pilar perjalanan agar manusia selamat dalam hidupnya dunia dan akhirat, salah satunya adalah memiliki pedoman atau petunjuk atau peta perjalanan itu yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah…subhanalloh…

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya Al-Qur’an itu akan menjadi syafa’at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya).” (HR. Muslim).

Perjuangan Muslim Krakow

23 Nov

Oleh bidadari_Azzam

Brother Usman, sebut saja namanya begitu, dua puluh tahun dia sudah habiskan masa hidup di krakow, kota tua, tempat lahirnya Paus Paulus II. Tentunya dia “dituakan”, disegani dan diharapkan sebagai motivator dan penggerak kemajuan serta semangat muslim yang merantau disini.

Berat, lelah, sakit hati sudah pasti sering dirasakan oleh saudara kita sesama muslim, sebab di berbagai sudut kota, masih kentara sisa-sisa komunis, wajah-wajah sangar yang memerah seraya meneguk minuman keras, warung alkohol bertebaran dimana-mana, membeli kue-kue pun harus lebih hati-hati, banyak campuran coklat dan isi kuenya mengandung alkohol, serta tak ada daging halal disini kecuali memutuskan untuk menyembelih sendiri.

Itulah alasan segelintir provokator menyebut kaum muslimin adalah makhluk “teraneh sedunia”, makanannya milih-milih, tidak boleh makan daging babi, juga daging lain yang “aturan sembelihnya tidak sesuai hukum Islam”, tidak boleh minum minuman keras—padahal sehari-hari ‘root beer’ itu bagaikan mengonsumsi air putih bagi orang-orang sini. Maka apabila penduduk pribumi mulai ‘kurang ajar’ menyodori dengan sedikit memaksa untuk meminum minuman keras itu, saudara kita muslimin mengalami ujian, pilihan pertama adalah mulai berbaik-baikan dengan tetangga, lalu hidup berdampingan secara “terlalu damai”, sering ikut mencicipi makanan dan minuman non halal tersebut.

Pilihan kedua adalah hidup menyendiri, cuek terhadap para tetangga, menjadi lebih keras hati untuk mempertahankan sikap istiqomah sebagai muslim. Pilihan kedua ini berat lho… Ada banyak alasan yang menyebabkan saudara kita menjadi sosok yang pertama, dalam sejarah perjuangan Polandia sendiri pun, kaum muslim tartar merupakan kaum pejuang yang turut membela tanah airnya, namun “identitas muslim” menjadi samar bagi mereka sejak ikut mengonsumsi alkohol, menikah campur (menikah dengan orang nonmuslim, terutama muslimah kebanyakan, sebab “stok” lelaki muslimnya amat sedikit). Saya sebagai pendatang yang baru satu tahun menetap disini, tentu tak pantas berkomentar apa-apa.

Begitu pun muslim dan muslimah lainnya, di krakow khususnya, banyak yang memandang brother Usman dengan penuh tanda tanya, seolah berkata, “apa hasilnya antum 20 tahun disini tapi tidak ada “basecampnya” umat Islam?”. Namun, tersindir dari ayatNYA “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala-petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).

Proses puluhan tahun itu pastilah ada hitungan dariNYA, bukankah kita memerlukan keikhlasan dalam menjalani proses ini, ikhlas akan hasil ketetapanNYA dengan tetap berikhtiar secara optimal, benar kan?, salah satu pertanyaan itu tentu menghinggapi hati kami, dan ujung-ujungnya kami tersudut dengan pertanyaan sendiri, “ apabila kita berjuang turut mewujudkan satu (saja) masjid di krakow, lalu siapa yang siap menjaganya, merawat masjid itu hingga akhir hayat?”, oh, no! sudah ribuan mahasiswa dari jazirah arab, asia, amerika, afrika, mereka muslim, merantau di Krakow, lalu selanjutnya kembali ke negeri masing-masing setelah lulus kuliah. Termasuk saya dan suami, tak kuasa menjawab pertanyaan itu, sebab kami memang tak berencana menetap lama di sudut eropa timur ini, baru setahun saja—sudah menggunung rasa rindu pada orang tua dan saudara di tanah air.

Di tahun 1993, Warszawa, ibu kota Poland, akhirnya resmi memiliki masjid, sederhana dan kecil saja dan akhirnya ikut menjadi “gosip hangat” oleh para Islamophobia bahwa pemerintah mulai “kecolongan teroris”, sungguh fitnah yang keji! Beberapa tahun awal ini, pihak Jazirah Arab bermaksud mendirikan sebuah masjid yang indah disana, sebab umat Islam makin besar populasinya, dan “tangan-tangan kotor” itu pun menebarkan fitnah dan provokasi lagi, demo besar-besaran pun terjadi, tuduhannya adalah “masjid itu nanti jadi sarang teroris”, aduuuh… coba deh sekarang artikan dulu pengertian yang benar tentang makna Teroris itu sendiri, apakah berupaya mendirikan masjid adalah suatu teror ? padahal makin banyak rumah “gelap” dan bar adalah teror besar bagi pendidikan anak dan remaja! Dan masyarakat pun menyadari akan hal itu.

“Dewan Kota menolak”, pendek saja kata-kata Brother Usman, raut wajah brothers lainnya benar-benar kecewa. Beberapa bulan lalu, komunitas muslim krakow kembali menggalang “tanda tangan”, semua muslim di kota ini menanda tangani form-isian yang membuktikan kalau kami adalah muslim, menginginkan ruangan dari pemerintah untuk dapat digunakan sebagai masjid. Selama ini, sang brother sudah sering mengajukan petisi dan bolak-balik memohon ke dewan kota, dan belum terkabul juga.

Jadi, mereka menyewa ruangan umum yang hanya berukuran 3 x 3 meter setiap jum’at. Ruangan itu kecil, kalau brothers berdiri untuk sholat jum’at, mereka empil-empilan. Sehingga sungguh ironi saat Saya teringat di Indonesia atau Malaysia, kita punya ribuan masjid yang megah, namun jamaahnya segelintir saja, bahkan ada yang cuma dua orang jamaah sedang sholat dzuhur saat tim “TV Islam-dunia” meliputnya.

Di tahun 2007, sempat ada seorang brother yang mencuat namanya di media massa, beliau akan mewujudkan Islamic Centre di Krakow, beliau telah membuat miniatur dan mendesign bangunannya, lalu tiba-tiba beritanya hilang tak ada bekas, “I don’t know…”, kata brother Usman saat ditanya tentang itu. Lalu ia pun berkisah, sudah seringkali para ikhwan yang merantau kesini, lalu mengajukan usulan ke dewan kota untuk berkontribusi pada ummat Islam, namun dewan kota menolak rencana-rencana itu.

Padahal dulu, sesungguhnya ada masjid di kota ini, namun pemiliknya sudah sangat tua, dan tak sanggup membayar pajak, tak ada pewarisnya, maka gedung kepunyaannya diambil alih oleh dewan kota dan dijadikan appartement. Itu sudah lama sekali, brother Usman pun masih menerka-nerka dimana lokasi ex-masjid itu persisnya. Lagi pula selama ini, perkembangan dakwah tidak mengalami kemajuan pesat, para muslim perantau sibuk kerja dan belajar di perkuliahan, tidak ada waktu untuk berkumpul dan membicarakan tentang dakwah Islam.

Di balik rasa kecewa brothers ini, ternyata ada hikmah buat kami semua. Setelah penolakan terbaru dewan kota, ruangan yang biasa disewa pun tak lagi diizinkan untuk disewa setiap jum’at. Namun alhamdulillah semangat brothers dalam menegakkan sholat jum’at sebagai kewajiban mereka tetaplah terjaga. Mereka beramai-ramai diskusi via milist, dan bersepakat mengadakan sholat jum’at di kediaman kami.

Sungguh bahagia hati ini, rumahku walaupun dikelilingi puluhan gereja serta semua tetangga memiliki anjing-anjing peliharaan, tentunya menjadi rumah paling cantik se-kota ini, sebab senandung ayat-ayatNya selalu hadir disini, insya Allah. “Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca Kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya.” (HR. Muslim).

Ruang tamu mungil menjelma menjadi masjid kecil, semoga setitik langkah kecil ini memperoleh berkah dan cintaMu selalu ya Allah, amiin. Kemudian, brothers yang berbeda bangsa dan bahasa itu akhirnya saling mengenal, beberapa dari mereka memiliki keluarga, dan kami berkenalan. Saya pun dan beberapa sisters (istrinya brothers) memulai jadwal mengkaji ayat-ayatNya, betapa besar nikmat Allah SWT, bahkan di saat kami kecewa berulang kali karena “tak diizinkan memiliki ruang masjid”, ternyata Allah SWT melimpahi ikatan cinta atas ukhuwah islamiyah yang makin erat, kami muslimah disini sangat bersyukur dapat berkumpul dalam majelis ilmu, tak peduli secara kuantitas jumlah kami cuma hitungan jari termasuk sahabat yang muallaf, yang ada dalam pikiran kami (terutama sisters yang sudah puluhan tahun disini) adalah kerinduan belajar Al-qur’an bersama dengan saudari muslimah lainnya, kami senantiasa ingat akan sebuah hadits, Dari Utsman bin Affan radhiyallah ‘anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).

Perbanyak bersyukurlah duhai saudara-saudariku, muslim-muslimah Indonesia memiliki fasilitas ibadah yang sangat lengkap. Wallohu’alam.
(bidadari_Azzam, subuh, 4 nov,2010)

Ketika Orang Rusia Pergi Haji

23 Nov

Oleh Syaripudin Zuhri

Ada yang menggembirakan di tengah-tengah suhu yang menggigilkan, di bulan – bulan menjelang Idul Adha ini, di Moskow, Rusia akan anda temukan orang-orang yang lalu lalang, terutama di Bandara, baik di Bandara Sheremetyevo 2 maupun Bandara Domodidovo. Pemandangan yang tak biasa bagi negara yang pernah menganut paham komunis dan rezim pemerintah yang sangat anti kepada agama.

Ketika saya mengantar teman yang akan menunaikan ibadah haji, ada pemandangan yang menarik perhatian saya, saat itu di Bandara Sheremetyevo 2, Moskow, Rusia, baru menunjukkan pukul 09.45 wm, udara cukup cerah, tapi suhu yang berkisar diantara 3-5 derajat C,  cukup membuat badan kedinginan dan rasa dingin itu berubah menjadi hangat ketika masuk ke Bandara tadi. Tidak seramai dengan Bandara Domodidovo yang baru saja di renovasi, namun belum selesai.

Karena take off masih lama sekitar jam 14.40 wm, saya dan teman-teman yang akan berangkat haji, mampir dulu di kafe yang berada di ruang tunggu Bandara Sheremetyevo 2 ini, lumayan buat menghangatkan badan yang dingin saat di mobil tadi, dengan teh, kopi serta kacang asin, roti dan lain-lain membuat suasana lebih nyaman. O .. ya perjalanan dari central Moskow tadi ke Bandara hanya ditempuh dengan waktu hanya setengah jam saja, kok bisa? Ya alhamdulillah, karena selain libur hari Minggu, di Rusia memang tiga hari sebelumnya, dari hari Kamis, Jum’at dan Sabtu sedang libur.

Sebenarnya libur nasionalnya hari Kamis, dan hari Jum’at yang menjadi”harpitnas” Hari Kejepit Nasional di Rusia, juga diliburkan, hanya konsekwensinya hari Sabtu mendatang mereka akan masuk kerja, yang biasanya libur. Itu menjadi kebiasaan di Rusia menggeser hari yang kejepit menjadi hari libur, sehingga libur panjang 4 hari berturut-turut dapat dinikmati masyarakatnya, ya salah satu hikmahnya perjalanan menjadi lancar dari pusat kota Moskow ke Bandara, yang biasanya bisa memakan waktu tak kurang dari satu sampai dua jam.

Kembali kepada yang menarik perhatian saya, apa itu ? Ya apa lagi kalau bukan tentang haji, kalau rombongan haji di Indonesia, kita akan melihat keseragaman, ya pakainnya, ya astributnya. Tapi rombongan haji di Rusia anda tak akan menemukan itu, namun anda dapat melihat perbedaannya dengan cara pakaian yang dikenakan. Ya, orang -orang dari Rusia yang akan melakukan ibadah haji, bagi yang laki-laki mereka sudah langsung memakai songkok haji, yang berwarna putih atau warna lainnya. Sedang bagi jamaah haji wanita, mereka sudah memakai jilbab, yang tentu saja berbeda-beda warnanya, karena belum diseragamkan.

Nah coba, rombongan haji dari Rusia, sekarang fakta bicara. Suatu hal yang dulunya di jaman komunis di Rusia( waktu itu Uni Soviet), dimana orang yang akan melakukan ibadah haji hanya mimpi, karena memang dilarang saat itu! Sampai-sampai untuk melaksanakan mimpinya, kaum muslimin di Uzbekistan yang saat itu masih bagian dari Uni Soviet, cukup terhibur dengan melukan “ibadah haji” ke makam pendiri tarekat Nakhsabandiyah, di lokasi pemakaman tersebut dibuat tiruan Ka’bah! Ya apa boleh buat, saat itu memang agama menjadi musuh yang harus diperangi oleh rezim komunis yang berkuasa, karena agama dianggap candu.

Rombongan jamaah haji Rusia sedang menunggu pemberangkatan di Bandara, setelah mereka dibagi-bagikan paspor dan tiket oleh ketua rombongan di Bandara Sheremetyevo 2, suatu hal yang menarik perhatian, yang tak akan pernah terjadi di jaman komunis! Alhamdulillah komunis sudah hancur!

Setelah komunis bubar di tahun 1991, dua dekade terakhir, mulaialah agama kembali menggeliat, Islam mulai bergerak dan di negara-negara bekas Uni Soviet, yang sekarang menjadi negara-negara merdeka yang berdiri sendiri, seperti Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenista, Kazastan dan lain-lain telah berdiri ribuan masjid, hanya dalam waktu dua dekade!

Dengan demikian Islam kembali jaya dan berkembang begitu pesat di negara eks komunis. Nah karena dalam rukun Islam ada kewajiban haji bagi yang mampu, maka otomatis setelah komunis bubar di kandangnya sendiri, maka orang Rusia yang mampu melakukan ibadah haji mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, apa lagi setelah Saudi Arabia membuka kedutaannya di Rusia, peningkatan jamaah haji dari Rusia semakin pesat.

Loh apa hubungannya? Dengan di bukanya kedutaan Saudi Arabia di Moskow, Rusia, maka pengurusan visa haji menjadi lebih mudah, yang kalau ditarik mundur ke belakang, sekitar dua dekade lalu, kota Moskow tak tercatat dalam daftar nama-nama kota besar di Jeddah, karena waktu itu Saudi Arabia tak punya hubungan diplomatik dengan Rusia, sehingga pengurusan visa menggunakan pihak negara ketiga, bagi warga negara asing yang ingin melakukan haji dari Rusia, sedangkan orang Rusianya sendiri yang muslim dilarang!

Namun pelarangan itu sekarang tak berlaku, komunis sudah hanncur, Allah SWT kembali menujukkan kekuasaanNya, walaupun Islam di bungkam selama 7 dekade atau 70 tahun, tapi Islam tak bisa mati dan dimatikan manusia! Dengan kekejaman rezim komunispun, di Rusia Islam tetap hidup! Islam tetap bertahan dan ummat Islampun tetap tabah dengan tekanan yang sangat dasyat di jaman komunis, bahkan sampai jilbabpun jaman itu dibakarin, karena dianggap mengganggu emansipasi wanita! Dan masjipun banyak yang diruntuhkan atau dialihkan fungsinya menjadi gudang! Astagifrullah.

Alhamdulillah kini komunis sudah hancur, dan kaum muslimin yang menjadi penduduk terbesar ke dua di Rusia, setelah kristen ortodok, kini kembali leluasa untuk menjalankan ibadahnya, termasuk melakukan ibadah haji. Perlengkapan hajipun, seperti kain ihrom, sejadah, al Qur’an, tasbih dan lain sebagainya mudah didapat, terutama di kios-kios yang berada disekitar masjid di Moskow atau diberbagai kota Rusia lainnya.

Lihatlah wajah-wajah mereka, wajah wajah yang dijaman komunis dulu tertekan dalam menjalankan ibadah, kini mereka leluasa, kini mereka bebas menjalakan ibadah, tanpa takut dimata-matai oleh KGB! Selamat jalan wahai para tamu Allah yang datang dari negera eks komunis, Rusia. Selamat menjalan ibadah haji, semoga mendapat haji yang mambrur, wahai yang sedang berbahagia, sambutlah panggilanNya.

Maka lafaz telabiyahpun akan menggema dari penduduk muslim Rusia yang melakukan ibadah haji, “lebaik allahumma lebaik, lebaik lasyarikalaka lebaik, innal hamda, wannikmata, lakawalmulk, laa syarikala ” Aku penuhi panggilanmu ya Allah ….! Selamat datang wahai para tamu Allah, selamat menjalankan ibadah haji, semoga mendapat haji yang mambrur, yang tak ada balasannya, kecuali syurga.

Dengan Jamaah haji yang kian meningkat di Rusia, itulah tanda yang paling kongkrit bagi perkembangan Islam di Rusia dewasa ini. Insya Allah di tahun-tahun mendatang yang berangkat haji bukan hanya golongan tua, yang memang tertekan pada jaman komunis dulu, mereka mau haji tapi dilarang! Kebahagiaan mereka yang terpancar diwajahnya. Ka’bah memang merindukan mereka dan merekapun merindukan Ka’bah!

Jelas sekali terlihat wajah-wajah yang tulus ikhlas menyambut panggilan nabi Ibrohim yang sampai ke ujung utara bumi, termasuk ke Rusia! Sekali lagi selamat jalan jamaah haji Rusia, selamat menunaikan ibadah haji, semoga menjadi haji yang mabrur! Dan katakan kepada Rusia: “Islam akan jaya di Rusia!” Insya Allah.

Bangkit Kembali Membangun Bisnis Setelah Mengalami Kerugian

23 Nov

Bisnis design interior kapal laut mungkin bukan bisnis populer yang sering kita dengar, tetapi dari bisnis inilah Ibu Hj. Endang Isniati dapat menghidupi keempat anaknya hingga tamat kuliah. Bisnis yang digelutinya dari Tahun 1991 bersama mendiang suaminya ini sempat merugi dan membuat dirinya terkena stroke ringan. Tetapi perlahan dengan kekuatan dzikir dan keyakinannya akan rizki Allah bisnisnya kembali bangkit.

Memulai Bisnis Bersama Suami

Bermula dari seringnya ikut mengerjakan proyek di bidang pengerjaan kapal laut mulai dari interior, bodi kapal dan instalasi-instalasi kapal hingga akhirnya Ibu Endang merasa tertarik dengan bidang interior terutama interior kapal laut. Kemudian ia mengajak suaminya untuk terjun bersama membangun perusahaan sendiri yang khusus bergerak dibidang interior. Dan ternyata suaminya pun menyenangi pekerjaan interior ini. Pada Tahun 1991 berdirilah perusahaan dengan nama PT. Alas Waktu Perkasa.

Karena sama-sama menyenangi pekerjaan, Ibu Endang dan suami menjalankan bisnisnya dengan sepenuh hati dan tidak merasakan susah dan capeknya. Meski terkadang ketika mengerjakan proyek selalu saja ada masalah, seperti telatnya pembayaran dan kesulitan untuk mendapatkan tenaga ahli yang benar-benar cocok dan mau bekerjasama.

Mengambil Hikmah dari Kerugian

Pada tahun 1999 seorang kepercayaan Ibu Endang dan suami menawarkan untuk menangani suatu proyek pengadaan barang yang akan memberikan keuntungan cukup bagus. Sebenarnya proyek yang ditawarkan bukanlah bidang pekerjaan yang biasa ditangani, namun karena percaya dengan kredibilitas orang yang menawarkan akhirnya mereka setuju dengan proyek yang ditawarkan. Tetapi setelah semua waktu, uang dan tenaga tercurah untuk proyek tersebut, ternyata teman yang dipercayai tersebut tidak memegang amanah dan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan Ibu Endang.

Ibu Endang sempat mengalami stroke ringan akibat kerugian dan kekecewaannya terhadap orang kepercayaannya. Bisnisnya mengalami kemunduran untuk beberapa waktu. Namun, Ibu Endang menyadari bahwa ini adalah cobaan dan beliau mencoba untuk mengambil hikmahnya. Ibu Endang menyadari bahwa sebenarnya proyek yang ditawarkan bukanlah bidangnya, tetapi karena kepercayaan dan keuntungan yang cukup menggiurkan sehingga Bu Endang menjadi tergiur. Menghadapi cobaan tersebut Ibu Endang tak lepas berdzikir dan beristigfhar berserah pada Allah, hingga akhirnya stroke yang ia alami sembuh dengan sendirinya dan perlahan ia dan suami dapat kembali mengumpulkan modal dan membangun kembali bisnisnya.

Cobaan itu Datang Lagi

Setelah dapat kembali menata bisnis yang telah mundur, dan belum lama dapat keluar dari kesulitan, Allah memberikan cobaan kembali pada Ibu Endang. Suami sang belahan hati yang selalu berjuang bersama menjalankan bisnis dipanggil oleh yang Maha Memiliki. Sungguh pukulan yang sangat berat bagi Ibu Endang. Selama ini ia terbiasa berdampingan dengan suaminya baik dalam menjalankan bisnis maupun rumah tangganya.

Selama tiga bulan Ibu Endang tidak mau keluar rumah dan hampir selama enam bulan enggan mengurusi bisnisnya. Tetapi dukungan anak-anaknya dan saudara-saudara kembali membangkitkan Ibu Endang. Ia menyadari meski anak pertamanya telah menikah, tetapi ketiga anak-anaknya yang lain masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah dan kuliahnya. Akhirnya perlahan-lahan dengan semangat dari anak-anaknya ia dapat kembali menjalani hidupnya seperti biasa dan kembali mengurusi bisnisnya.

Semenjak kematian suaminya, Ibu Endang terpaksa mengganti nama perusahaannya menjadi PT Karyakreasi Dwi Prakarsa untuk memudahkan pengurusan surat-surat perusahaannya. Alhamdulillah hingga saat ini usianya telah mencapai 55 tahun Ibu Endang masih aktif menjalankan bisnisnya. Dan saat ini perusahaannya telah berkembang tidak hanya menangani interior kapal laut tetapi juga interior rumah, salon atau kantor.

Klenger Burger, Kisah Sukses Pejuang Kuliner Indonesia

23 Nov

Bagaimana bisa sebuah burger mengubah nasib Velly Kristanti dan mampu hasilkan omset hingga milyaran rupiah per bulan? Beginilah ceritanya.

Bermula dari Pondok Sayur Asem

Rumah makan Pondok Sayur Asem adalah usaha yang pernah dirintis Velly Kristanti dan suaminya, Gatut Cahyadi, pada 2002 saat masih berstatus pegawai kantoran. Namun, usaha rumah makan itu tidak terlalu sukses, ia pun sempat frustrasi.

Tahun 2004, Velly dan suami terjun bebas melepaskan status pegawai dan mendirikan bisnis advertising syariah dan gagal lagi. Kemudian, bisnis IT juga pernah dilakoninya dan setali tiga uang, kesuksesan belum juga menghampiri.

Hingga sampai di titik nol dan satu-satunya yang mereka punya hanya Pondok Sayur Asem di daerah Pekayon, Bekasi, yang sempat tidak mereka pedulikan. Berawal dari situ, ide membuat makanan untuk anak muda yang cepat, halal, dan nikmat pun terbersit dan burger dipilih sebagai pilot project-nya.

Mengaku tak pernah belajar dari chef mana pun, Velly dan suami menganalisis dan meracik sendiri visi burger mereka, tentunya yang khas dan pas dengan lidah orang Indonesia.

Segala macam buku tentang burger dipelajari hingga akhirnya Velly membuat sendiri burger yang Indonesia banget. Terbuat dari roti yang lembut dan daging berurat serta saus spesial, burger bikinan Velly ternyata digemari dan semakin laris dipesan. Intinya, bikin orang jadi ‘klenger’!

Klenger Menjelajah Negeri

Nama ‘klenger’ diambil dari kosakata bahasa Jawa yang bisa berarti ‘setengah mati’, atau ‘klepek-klepek’, namun, Velly lebih suka mempersepsikan ‘klenger’ dengan analogi ‘tobat sambel’, sudah tahu sambel pedas tapi mau lagi mau lagi. Begitulah nama ‘klenger’ akhirnya dikenal masyarakat, khususnya anak muda yang menjadi target market Klenger Burger.

Selain nama yang gampang diingat serta rasa dan servis yang memuaskan, Klenger Burger juga sukses dengan persebaran outletnya yang pada tahun 2010 ini berupaya mencapai target 100 outlet di seluruh negeri. Tak heran, “Jelajah Negeri” jadi tema Klenger Burger untuk tahun ini.

Sepertinya, target itu akan mudah tercapai mengingat hingga April 2010 ini, Klenger sudah mempunyai 63 outlet yang tersebar di Jabotabek, Bandung, Kuningan, Bali, dan Medan.Selain itu, ada 8 outlet yang mau opening, serta tambahan 6 outlet yang sedang dalam preparation juga.

Outlet Foodteran Klenger Burger di Bintaro

Dalam hal paten, Klenger Burger tak mau kalah cepat. Sejak lahir, brand Klenger sudah dipatenkan atas nama Velly Kristanti.Meskipun demikian, tiruan Klenger Burger ternyata sudah merajalela dan Velly pun mewanti-wanti agar masyarakat dapat dengan bijak memilah mana Klenger asli dan mana yang palsu.

Velly pun masih mengurus kasus tersebut lewat jalur hukum. Selain hak paten, sertifikat halal dari MUI pun sudah dikantongi sejak Klenger masih dibuat secara rumahan di Bekasi hingga Klenger diproduksi massal dengan menggunakan mesin saat ini.

Logo Klenger Burger pun mempunyai filosofi yang tak kalah keren. Kalau Anda biasa melihat tulisan merk burger ada di tengah-tengah gambar burger, Klenger Burger menyajikan logo yang berbeda.

Tulisan “Klenger Burger” ada di atas burger, yang artinya kurang lebih, kita sebaiknya melihat segala sesuatu tak hanya dari pandangan mata tapi dari segala aspek, istilah kerennya: Beyond Burger.

Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung

Filosofi tersebut dianut Klenger untuk lebih dekat kepada masyarakat. Untuk memperkenalkan burger dengan cita rasa Indonesia, tak serta merta Klenger memaksakan rasa tertentu kepada masyarakat.

Sebaliknya, pendekatan rasa dan budaya digunakan Klenger untuk menarik market. Misalnya saja, di Medan, Klenger membuat menu spesial, yaitu burger omelet yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat yang sangat suka dengan telur.

Selain burger, Klenger juga memperkenalkan brand Pizza Kriuk, Clemots Coffee, dan Kweker Fried and Grilled Duck. Pizza bikinan Klenger juga masih bercita rasa Indonesia, misalnya saja pizza balado dan pizza sate.

Klenger memang addict untuk membuat brand-brand baru di bawah PT Kinarya Anak Negeri (KAN), perusahaan yang digawangi Velly dan suami. Brand-brand ini pun mempengaruhi strategi marketing Klenger ke masyarakat, dan tentunya investor yang berminat menjadi Franchisee.

Kini, sudah ada Burins (Burger Instan) yang menganut konsep take away, dapat ditemui di jaringan Alfa Express dan Circle K, 2K (Klenger Kriuk) yang menyediakan menu burger dan pizza dengan tempat buat kongkow yang asyik, Foodteran dengan konsep kolaborasi Klenger Burger, Pizza Kriuk, dan Clemots Coffee dalam satu area yang menyuguhkan pilihan variasi lengkap dengan teknologi support Free WIFI.

Ujian Ibarat Semester Pendek

Ibarat semester pendek saat kuliah, Velly merasakan ujian yang menimpanya dalam waktu singkat telah membawa begitu banyak pelajaran berharga. Dari ditipu orang, modal habis-habisan, sampai frustrasi, membuat Velly dan suami belajar ikhlas dan mencoba bangkit dari keterpurukan.

Percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin serta kesuksesan itu bukan suatu proses yang instan adalah resep Velly dalam menggodok bisnisnya. Meski bisnisnya berkembang pesat, Velly merasa belum di puncak sukses. Ibu dari Raka dan Zahra lulusan D3 Sastra Belanda FIB UI ini masih merasa banyak PR yang harus dikerjakannya.

Mulai dari maintenance outlet, training SDM, hingga pengembangan usaha. Soal tawaran dari luar negeri, Velly mengaku, telah menampik tawaran tersebut karena ingin berjaya di negeri sendiri baru menginjakkan kaki di negeri orang.

Outlet Klenger Burger diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Green Box, Yellow Box, dan Red Box. Untuk Outlet Green Box, omset yang diraup Klenger dapat mencapai lebih dari Rp2 juta/hari, Yellow Box Rp1—Rp1,5 juta/hari, Red Box kurang dari Rp1 juta/hari.

Sementara outlet yang baru dibuka digolongkan di Blue Box yang butuh penanganan khusus serta ada pula Black Box yang merupakan golongan outlet yang perlu direlokasi dan ditinjau kembali.

Anda yang berminat icip-icip burger dengan cita rasa Indonesia atau tertarik untuk berinvestasi menjadi franchisee Klenger Burger mulai dari Rp15 juta dapat menghubungi PT KINARYA ANAK NEGERI di Jln. R.C. Veteran No.21, Bintaro, Jakarta Selatan. Telp. 021 737 3589, website: www.kinarya.co.id, klengerburger.blogspot.com (ind)

Puri Wangi, Spa Syar’i di Kampung Betawi

23 Nov

Siapa bilang sulit menemukan spa halal di Jakarta? Tak hanya dimanjakan oleh berbagai perawatan yang membuat tubuh menjadi rileks dan segar, namun, para pelanggan, baik pria dan wanita, dapat merasakan suasana yang asri di origin village, Kampung Betawi, tanpa khawatir keluar dari jalur syar’i.

Spa dan Interior
Ketika Anda memasuki Puri Wangi, Anda akan langsung disajikan desain interior yang mengagumkan. Maklum, pemiliknya, Ir. Sri Suharyanti adalah seorang arsitek yang juga menggemari spa. Tak heran, sejak April 2002, Yanti, sebutan akrab Sri Suharyanti, memutuskan untuk mendirikan salon dengan spa treatment. Saat itu, Yanti dan keluarga masih tinggal di Bukit Pamulang Indah dan rumahnya pun disulapnya menjadi tempat spa. Walhasil, karena saat itu, salon dengan spa treatment masih jarang ditemukan, Puri Wangi pun jadi incaran dan laris melayani pengunjung di sekitar Pamulang.

Meski sudah dikenal di sekitar Pamulang, pada 2008, Yanti memindahkan lokasi spa-nya di rumahnya yang lain, yaitu di sekitar Jagakarsa. Lokasi tersebut berada di tengah kampung berpenduduk asli Jakarta, yakni “Kampoeng Betawi”, sebagai kampung asli terakhir di Jakarta. Kampung ini adalah kampung yang dilestarikan pemerintah dengan lingkungannya yang masih murni, sebagai daerah konservasi air. Oleh karena itu, kampung ini masih dilingkungi oleh banyak pohon dengan udaranya yang masih segar, yang akan sangat sulit didapatkan di daerah lain di Jakarta. Kondisi tersebut sangat mendukung Puri Wangi karena tujuan treatment spa adalah tidak hanya untuk kulit luar saja, tetapi juga mencapai keseluruhan panca indera (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman) yang dimiliki manusia yang merupakan salah satu komponen spa. Tak heran, saat perawatan, Anda dapat mendengar kicauan burung dan juga sejuknya pemandangan pepohonan di sekitar lokasi spa.

Sebagai seorang arsitek, Yanti pun mendesain rumahnya yang sekaligus dijadikan tempat spa tersebut dengan sangat unik. Bangunan berlantai tiga tersebut sebagian besar terbuat dari kayu, pondasi yang digunakan pun layaknya pondasi untuk bangunan tinggi sehingga rumah hasil karyanya tersebut terkesan kokoh, tapi asri dan nyaman. Yanti sengaja tidak menebang pepohonan di sekitar rumah agar lingkungan rumah masih terasa keasliannya dan dapat menyegarkan mata. Dan sesuai dengan makna Puri Wangi, yaitu rumah yang beraroma wangi bunga, Anda dapat merasakan kenyamanan saat berada di sana.

Kembali ke bisnis spa, Yanti mengakui, salon dengan treatment spa tersebut memang dibuatnya sesuai konsep syar’i. Berbagai perawatan yang tidak sesuai dengan aturan Islam tidak akan dilayaninya, seperti: rebonding dan spa vagina. Tak heran, soal penutup tubuh pun sangat diperhatikan Yanti, bahkan ia mendesain pakaian khusus untuk luluran agar aurat konsumen tetap terjaga. Yanti pun sangat menekankan kepada para kapsternya agar sebisa mungkin tidak melihat aurat konsumen demi kenyamanan.

Expand Fasilitas
Melihat begitu menjamurnya salon khusus wanita, Yanti pun mensiasati Puri Wangi dengan menambah fasilitas, yaitu fitnes. Fasilitas fitnes dan aerobik khusus wanita tersebut juga akan ditawarkan Yanti masih di lokasi yang sama. Tak hanya fasilitas fitnes, Yanti juga mengakomodasi para pria yang juga ingin perawatan dengan membuka Puri Bugar pada Mei 2010. Puri Bugar terletak di Jln. R.M. Kahfi I, Jagakarsa, karena letaknya yang strategis, tak heran, Puri Bugar sangat diminati. Karena animo pengunjung tinggi, baik pria maupun wanita, Puri Bugar pun melayani para wanita untuk perawatan sehingga Anda sekeluarga bisa langsung merasakan perawatan dari para kapster secara bersamaan tanpa perlu menunggu. Tentu saja, para pria ditangani oleh kapster pria juga dengan pakaian khusus (celana) untuk perawatan seperti lulur. Sementara, para wanita ditangani oleh kapster wanita. Soal ruangan, Anda juga tak perlu khawatir karena ruangan di Puri Bugar sudah didesain agar tidak tercampur antara pelanggan pria dan wanita sehingga tidak akan berpapasan. Terkait dengan pemisahan tersebut, Yanti menceritakan, pernah menolak tamu wanita yang ingin di-treatment oleh kapster pria, dan sebaliknya. Dengan demikian, konsep syar’i dari Puri Bugar juga tetap terjaga.

Berbagai perawatan yang ditawarkan Puri Wangi sangat beragam, mulai dari perawatan tubuh, perawatan wajah, tangan dan kaki, rambut, hingga paket pengantin dan pasca kelahiran. Intinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki, Anda akan diperlakukan bak seorang putri di Puri Wangi.

Soal produk kosmetika, Yanti mengakui menggunakan produk kosmetik yang umum dijual di pasaran, khususnya yang terbuat dari herbal. Sementara dalam hal perawatan, Yanti menggunakan rempah-rempah tradisional, seperti jahe, daun sirih, dan serai. Tak hanya rempah-rempahnya yang tradisional, Yanti juga menggunakan istilah Jawa untuk nama produk perawatannya, seperti hasta lan samparan (manicure and pedicure), rikma (rambut), dan pujaraga (perawatan tubuh).

Untuk menggaet lebih banyak pengunjung, Yanti menawarkan paket khusus, yakni 4 jam 5 perawatan hanya dengan Rp150 ribu. Anda dapat memilih Paket Bugar: massage, lulur, masker, totok punggung, dan creambath, atau Paket Pujaraga: massage, lulur, masker, mandi rempah, dan perawatan wajah. Dalam waktu dekat, Yanti juga akan meluncurkan Paket Warni, yakni dua perawatan hanya Rp75 ribu, yang terdiri dari lulur dan creambath, lulur dan facial, atau mandi susu dan creambath. Dengan berbagai penawaran tersebut, tak heran, Yanti dapat mentargetkan omset hingga Rp30 juta per bulan.

Anda yang ingin mencoba salon dengan treatment spa dapat mengunjungi Puri Wangi di Jln. Nila 108 RT 02/01, Ciganjur, Jagakarsa, Jaksel, telp. 021 787 40 27, untuk reservasi, Anda dapat menghubungi 0812 915 0329. (ind)

Dzikr Clothing, Kisah Mualaf yang Ingin Berdakwah Lewat Kaos

23 Nov

Banyak cara mendapat hidayah, bisa lewat buku, teman, atau pun selembar kaos. Nah, dari yang disebutkan terakhirlah, seorang mualaf bernama Febby Dwiantara ingin mensyiarkan dakwah Islam ke banyak orang. Siapa sangka, “dakwah sederhananya” malah dapat diandalkan menjadi bisnis menguntungkan.

Silaturahim Menuai Rezeki

Banyak bersilaturahim, anjangsana, dan menambah teman rupanya juga dapat mendatangkan rezeki. Seperti yang dialami Febby saat mengikuti pameran Inacraft di Jakarta Convention Center tahun 2009 lalu.

Febby waktu itu masih bekerja sebagai desainer di sebuah perusahaan Event Organizer di Bandung yang salah satu bisnisnya adalah memproduksi kaos muslim. Rupanya, karena sering mengikuti pameran, Febby banyak kenal dengan karyawan di JCC, terutama di Masjid Al-Ijtima’ yang berada di basement JCC.

Salah satu karyawan tersebut kepincut dengan kaos bikinan Febby dan minta dibuatkan dengan harga yang lebih murah. Dari situ, ide untuk memproduksi kaos muslim sendiri mulai terbersit di benak Febby.

Febby Dwiantara terlahir dari keluarga Hindu di Bali. Ayahnya termasuk orang penting di desanya. Selayaknya tradisi Bali yang menganut patrilineal, ayah Febby pun berharap dapat mewarisi budaya dan adat keluarga Bali, seperti menjaga pura, kepada anak laki satu-satunya, yakni Febby.

Namun, takdir berkata lain. Semenjak berkenalan dengan teman-teman muslim di kampusnya, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Febby semakin bimbang dalam menekuri agama yang dianutnya selama ini. Dalam kegamangan itu, ia sempat ke gereja, dan banyak membaca buku tentang Islam juga. Rupanya, Allah swt memberi hidayah kepadanya lewat teman-teman satu kost-nya.

Ada beberapa teman yang rajin sholat dan itu membuat Febby semakin tertarik kepada Islam. Akhirnya, sebelum hijrah ke Bandung untuk bekerja, Febby mengikrarkan dua kalimat syahadat. Tak berapa lama di Bandung, Febby menikah dan pindah ke Jakarta.

Saat itu, kaos bikinannya dengan brand Dzikr Clothing sudah mulai dirintis sejak September 2009. Agen pertamanya adalah karyawan JCC tadi yang langsung order 100 kaos. Melalui poster yang ditempelnya di Masjid al-Ijtima’, seseorang dari Singapura pun tertarik untuk menjadi agen.

Tak tanggung-tanggung, ia mengorder kaos-kaos Febby dengan harga eceran Rp75 ribu karena di Singapura akan dijual dengan harga 3 kali lipat (sekitar Rp250 ribu). Mulai saat itu, Febby pun kebanjiran order.

Dakwah Lewat T-Shirt

T-Shirt memang bisa menjadi alat propaganda yang efektif. Seperti di Israel yang para remajanya menggunakan kaos sebagai media propaganda anti-Palestina, Febby pun ingin agar kaos bikinannya dapat berguna sebagai media syiar Islam.

Pria yang baru dapat momongan ini tidak ingin berdakwah dengan cara konvensional, seperti taklim, khutbah, dsb. Sebaliknya, lewat desain kaos yang dibuatnya dengan sederhana, sedikit kata-kata tapi bermakna, membuat orang lebih terpincut untuk kembali ke nilai-nilai Islam.

Dalam hal content desain, Febby juga tidak bisa macam-macam. Ia hanya mendesain yang kira-kira sudah ia lakukan, misalnya sedekah, sholat dhuha. Sadar sholat tahajudnya masih bolong-bolong, Febby belum berani mengeluarkan desain bertema tahajud. Begitulah atmosfir dakwah yang diserap Febby dalam bisnisnya, yang juga ingin ditularkannya ke orang lain.

Febby (kedua dari kiri) bersama rekan-rekan artis saat pameran di Yogyakarta. Banyak artis yang jadi pelanggan Dzikr Clothing, selain Mpok Nori dan Mail ‘OB’, Gilang Ramadhan dan Uje juga mengenakan Dzikr Clothing

Desain kaos-kaos bikinan Febby beragam, mulai dari plesetan dengan menggunakan simbol yang mirip dengan logo-logo terkenal hingga kata-kata sederhana yang dinukil dari hadits maupun para ulama.

Pernah ada seseorang yang sering merengut, begitu baca tulisan di kaos Dzikr Clothing, “Smile for your sister is shodaqoh”, dia langsung berubah menjadi ceria. Itulah hidayah, bisa datang dari mana saja. Febby pun senang jika kaos bikinannya dapat mengantarkan seseorang menggapai hidayah. Namun, lain halnya dengan pembajakan.

Pernah suatu kali, Febby memergoki orang yang memakai kaos dengan desain Dzikr Clothing tapi dengan warna kaos yang beda. Meski agak kesal dan mulai ‘ngeh’ bahwa ada pesaing, Febby tetap bersyukur dan menjalani bisnisnya dengan mempercayai bahwa rezeki itu di tangan Allah swt, tiap-tiap manusia sudah ditetapkan rezekinya dan tidak akan tertukar.

Demi terus berusaha menjemput rezeki, Febby mengoptimalkan web Dzikr Clothing dan memperkenalkan brand miliknya dengan mengikuti pameran-pameran di seluruh Indonesia. Dari pameran tersebut, banyak yang mendaftar menjadi agen dan brand awareness masyarakat terhadap Dzikr Clothing juga semakin tinggi, bahkan ada seorang bule (turis luar negeri) t-shirtholic yang tertarik dengan kaos Dzikr Clothing padahal dia non-muslim.

Mengenai produksinya, Febby mengandalkan sebuah konveksi di Bandung yang siap membuat puluhan lusin kaos yang didesain oleh Febby. Dengan menggunakan bahan kaos yang bermutu tinggi serta teknik sablon yang berupa-rupa, tak heran, jika Febby mematok harga jual kaosnya berkisar Rp75 ribu hingga Rp 150 ribu (untuk kaos couple).

Kaos Dzikr Clothing tak hanya untuk laki-laki (ikhwan), ada pula kaos untuk wanita (akhwat) dengan desain khusus sesuai tema seputar wanita. Selain itu, ada juga kaos couple yang dijual sepaket karena desainnya khusus.

Dari pameran ke pameran serta web yang dikelolanya, Febby dapat menggandeng beberapa agen yang menjadi sumber-sumber penghasilannya. Setidaknya, sudah ada 7 agen dan 5 outlet Dzikir Clothing yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Depok, Bandung, Surabaya, Solo, Sidoarjo, dan Singapura.

Meski baru setahun berdiri, Febby dapat menangguk omset hingga puluhan juta dari bisnis kecil-kecilannya tersebut. Ke depannya, Febby akan berinovasi dengan mengeluarkan produk Dzikirs, yakni untuk mewadahi segmen anak-anak dan sekaligus keluarga.

Febby percaya, bisnis kaos distro bikinannya tetap diminati pada tahun-tahun mendatang mengingat pasar anak muda di Indonesia masih sangat banyak. (ind)

Es Dawet Cah Mbanjar, Ketika Orang Medan Jualan Dawet

23 Nov

Es cendol, siapa yang tidak tergiur dengan rasanya yang manis dan banyak khasiat? Minuman yang juga dikenal dengan nama dawet ini ternyata bukan lagi monopoli orang Banjarnegara, Jawa Tengah, penghasil gula sebagai bahan baku es dawet. Kini, orang Medan pun ikut menangguk keuntungan dari berjualan es dawet.

Dawet Rasa Modern

Hafizh Khairul Rijal dan istrinya, Citra, adalah orang Medan asli yang terinspirasi dari seorang mas-mas lulusan SMA yang mampu menghasilkan omset Rp 300 ribu per hari dari satu gerobak es dawet yang dimilikinya.

Gerobak es Dawet Banjarnegara yang dimiliki ternyata bukan hanya satu, melainkan 27 gerobak, walhasil, bisa dihitung berapa omset yang didulangnya dalam sehari dan sebulan?! Melihat peluang tersebut, pada tahun 2006, Hafizh dan istri mencoba bekerja sama dengan owner Es Dawet Banjarnegara dan bermodalkan Rp 500 ribu untuk gerobak dan bahan baku.

Malangnya, jualan hari pertamanya di sekitar Universitas Sumatera Utara waktu itu diguyur hujan. Namun, kejadian itu tak menghalangi Hafizh untuk terus berjualan hingga 3-4 bulan kemudian modalnya kembali. Keuntungan berjualan pun diputar lagi untuk membeli gerobak dan memperluas usahanya.

Lama-kelamaan, karena sudah lama bekerja sama, owner Es Dawet Banjarnegara menawarkan Hafizh dan istri untuk membeli ‘resep rahasia’ es dawet miliknya, termasuk gula merah khas Banjarnegara yang diekspor langsung dari daerah asalnya.

Dengan Rp50 juta, ‘resep rahasia’ itu pun sudah di tangan Hafizh dan istri, bisnis es dawet mereka pun siap lepas landas. Brand Es Dawet Cah Mbanjar sudah dilekatkan pada produk es dawet mereka. Booth atau gerobak jualan pun didesain modern, sangat berbeda dengan es dawet Banjarnegara yang tradisional.

Tahun 2008 adalah momen terpenting bagi Hafizh karena mendapat penghargaan sebagai Finalis Tingkat Nasional Wirausaha Muda Mandiri. Sejak saat itu, ide untuk mengembangkan bisnis ‘basah’ es dawetnya tak terbendung lagi. Konsep franchise pun digulirkan.

Maksimalkan Franchise

Hafizh dan Citra beruntung karena bergabung dengan komunitas Tangan Di Atas (TDA) yang menaungi ribuan wirausahawan untuk terus mengembangkan usahanya.

Lewat TDA pula, mereka dapat kemudahan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk ikut dalam pameran Franchise and License Expo 2010 yang berlangsung pada 12-14 November lalu.

Ke-220 gerai yang kini sudah dimiliki oleh mereka akan segera bertambah lagi seiring dengan antusiasme masyarakat yang ingin mencicipi bisnis es dawet.

Tak lama lagi, selain hadir di Medan, Aceh, Palu, Makassar, Palembang, hingga Jakarta, kita juga dapat menemukan Es Dawet Cah Mbanjar di beberapa kota besar lainnya karena dalam waktu dekat akan berdiri kantor perwakilan di Surabaya dan Bandung.

Dengan modal Rp8 juta, Anda pun dapat memulai usaha Es Dawet Banjarnegara sebagai bagian dari franchisee dan berhak atas booth dan perlengkapan lainnya.

Ada pula paket Rp30 juta dengan fasilitas dua booth serta bahan baku dan berhak mendapat komisi jika ada permintaan untuk menjadi mitra di daerah domisili Anda. Konsep franchise ini juga terus dikembangkan Hafizh dan Citra dengan bentuk kafe.

Tentu saja, pengembangan ini pun diikuti pula dengan brand-brand lain di bawah naungan brand Es Dawet Banjarnegara, seperti Bakso Mas Karyo dan nasi goreng. Jadi, siapa mau terjun ke bisnis ‘basah’ es dawet? (ind

Pertolongan Allah Tak Pernah Telat

23 Nov

”Saya percaya Allah tak pernah tidur.” Siapa yang mau membantu agama Allah, Allah sendiri yang akan membantunya!

DAKWAH ibarat jalan. Tidak selamanya lurus dan mulus. Terkadang, terjal menanjak dan penuh onak. Seorang Nabi SAW- kekasih Allah SWT- kakinya pernah berdarah dilempar batu ketika berdakwah di Thaif. Tapi, Nabi juga pernah dapat “kalungan bunga” oleh penduduk Yastrib. Demikianlah suka-duka dalam berdakwah.

Setidaknya, itulah yang pernah saya alami beberapa tahun silam. Ceritanya, usai nikah, saya diamanahi membuka lahan dakwah dari pesantren tempat saya dibesarkan. Tugas baru saya adalah  Kota Madiun.

Pertama kali melangkahkan kaki bersama istri, saya tidak membawa bekal sama sekali. Hanya ongkos perjalanan. Itu saja. Bahkan sampai di Madiun, cuma tersisa uang Rp. 3 ribu dan langsung habis untuk beli nasi pecel untuk kami berdua.

Esok harinya, karena tidak ada uang lagi, saya memberanikan diri meminjam uang ke istri. Kebetulan, istri waktu itu punya Rp. 150 ribu dari mertua. Uang tersebut kami gunakan untuk bertahan hidup beberapa hari. Dan, di sela-sela itu, saya memulai dakwah dan bersilaturahim ke sejumlah warga.

Belum lama tinggal, bekal pun belum ada, rumah sementara yang  saya tempati akan dijadikan poliklinik. Saya dan istri akhirnya harus pindah dalam waktu dekat. Kontan, saya pun bingung bukan kepalang.

”Wah, tinggal di mana nanti,” lirihku dalam hati. Kendati begitu, saya harus yakin ada rumah yang bisa saya tempati.

Ketika itu, keyakinanku makin kuat. Keyakinan ini berdasar pada salah satu surat dalam al-Quran yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [Al-Haj:40].

Saat itu saya haqqul yakin, siapa yang menolong agama Allah, pasti akan ditolong-Nya. Saya pun tak putus asa berdoa sambil terus berusaha, meski deadline tinggal di rumah tersebut tinggal beberapa hari lagi.

Alhamdulillah, istri saya tidak ikut bingung meski dia tahu kekalutan yang ada di benakku. Dia justru menyakinkanku. ”Abi, insya Allah, pertolongan Allah tidak telat. Percayalah,” ujarnya pelan. Saya pun jadi berfikir lebih jernih.

Suatu hari, saya bersilaturahim ke salah satu direktur sebuah perusahaan barang bangunan. Sebut saja Abdullah (Hamba Allah). Dia direktur baru di perusahaan itu. Dia pun tahu kondisi saya. Ternyata, dia akan pindah ke Jawa Barat (Jabar) untuk menjadi direktur baru di sana.  Di Madiun, dia tinggal di perumahan paling elit dengan perabotan rumah yang baru dan lengkap. Rumah tersebut, dia kontrak untuk jangka tiga tahun. Padahal,  dia bersama istri dan kedua anaknya baru menempati selama satu tahun.

”Saya mau pindah ke Jabar, bapak tinggal di sini saja,” begitu katanya secara tiba-tiba.

Subhanallah, saya terbengong seolah tak percaya. ”Rumah ini masih dua tahun lagi masa kontraknya. Jadi bisa diteruskan. Lebih baik bapak tinggal dulu di sini, ya kan?” katanya meyakinkan. Entah, karena kaget atau apa, saya masih diam tanpa kata.

”Tinggal di rumah mewah seperti ini,” batinku seolah tak percaya. Betapa cepat Allah membantu kesulitan saya berdua?

Sebenarnya berat juga rasanya. Bukan apa-apa, selama ini, saya tinggal di rumah kecil seadanya, kini harus tinggal di rumah termewah se-Madiun. Tapi, mau bagaimana lagi. Mungkin sudah takdir Allah. Sebab, sampai saat itu,  saya belum dapat rumah yang bisa ditempati. Bismillah, akhirnya, tawarannya saya terima.

Ia akhirnya memberikan kunci rumah kepada saya. Tak hanya itu, ternyata seluruh isi rumah yang baru dia beli, diberikan kepada saya. Dia hanya membawa TV dan kasur kecil. Padahal sisanya masih banyak dan puluhan juta jika dirupiahkan. Ada perlengkapan sofa, almari terbuat dari kayu jati, ranjang, meja belajar dan berbagai perabotan dapur yang mewah dan cukup mahal.

Tak hanya itu, dia juga memberikan bunga anggrek yang mahal-mahal. Untuk almari dari kayu jati, harganya kira-kira Rp 5 juta. Itu sekitar tahun 1997. Jadi, sangat besar nilainya. Penjual almari saja ketika tahu dia akan pindah, buru-buru hendak membelinya  kembali. Namun sang pemilik, justru tak suka menjualnya.

Dia memang bijak. Tak ingin hanya memberi begitu saja. Setidaknya, ada jerih payah sebagai pengorbanan. Meski, hemat saya, jumlah sebesar itu, bagi dia tidak terlalu berarti.  Akhirnya, dia meminta saya membeli semua perabotan rumah itu dengan harga sangat murah, Rp. 2 juta saja. Itupun bisa dicicil dalam tempo setahun.

Setelah kejadian itu, saya jadi sadar, bahwa Allah memang tidak pernah tidur. Allah tahu keperluan yang dimiliki kekasih-Nya, para dai dalam mendakwahkan agama-Nya.

Memberatkan

Akhirnya, saya bersama istri, yang kala itu masih berbulan-madu akhirnya bisa tinggal di rumah mewah. Hanya saja, tinggal di rumah seperti ini juga tidak lantas membuatku tenang.

Tinggal di kompleks seperti ini, justru sering memberatkanku. Saya harus membayar berbagai tagihan. Mulai dari kebersihan, keamanan, arisan, sumbangan, iuran dan tetek bengek lainnya. Tak seperti di kampung kecil. Tapi, ya itulah. Setidaknya saya bisa merasakan bagaimana dipandang menjadi orang kaya. Saya yakin, pengalaman ini tak akan terjadi jika bukan karena ada di barisan ”penolong agama Allah”.

Pertolongan demi pertolongan semacam itu tak hanya sekali. Bahkan kerap terjadi. Hampir jika sedang butuh, Allah langsung memberikan bantuan-Nya.

Sebagai dai, saya sudah ditugaskan ke berbagai daerah. Pernah di Gresik, pernah di Malang, Kota Batu, Jawa Timur, bahkan ke Aceh. Nah, karena nomaden dan harus tinggal lama, keluarga sering saya tinggal sendiri di kampung, di Kota Jember, Jawa Timur, bersama mertua.

Untuk membawa istri jelas tidak mungkin. Pasalnya, dakwah  dalam keadaan minus, akan menyulitkan keluarga. Terlebih, waktu itu istri harus mengurusi nenek yang lagi kena stroke. Tak pelak, dari sekitar tahun 1997 hingga sekarang, saya selalu tinggal jauh dengan keluarga. Apalagi waktu jadi relawan tsunami di Aceh. Selama tiga tahun, hanya bisa pulang beberapa kali saja. Kontan, seluruh tanggung jawab di rumah di-handle istri. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah juga, istri selalu bisa melakukan itu dengan baik.

Jika tak pulang, saya sering mengirim uang kepada istri. Kadang banyak, kadang secukupnya yang saya miliki. Bahkan kadang amat sedikit. Bahagianya rasanya mendapat istri sepintar dia. Rupanya, tanpa sepengatahuanku, dia membuka warung kecil-kecilan di rumah, dari hasil kirimanku.

Tak hanya itu, beserta ibu-ibu warga setempat, ia membuka sekolah TK. Atas kegigihannya, Allah terus memberikan kemudahan.

Saya baru tahu, ketika suatu hari istri bercerita, jika aku tak berada di rumah, dan ketika anak-anak menginginkan sesuatu, seperti tas sekolah atau apapun,  tiba-tiba ada orang yang memberinya. Begitu juga ketika modal warung habis karena sering diutangi tetangga, tak disangka, ada orang yang membayar dengan jumlah besar. Kini, warung dan TK rintisan istriku tumbuh besar. Ada sekitar 50 murid. Prestasi murid-murid juga membanggakan. Tak pelak, akhirnya TK Islam tersebut jadi rebutan banyak murid.

Kendati begitu, saya masih harus tinggal jauh dari keluarga. Saya hanya pulang dua pekan sekali. Terkadang hanya sehari atau dua hari saja. Tapi, saya telah mempersiapkan segalanya.  Suatu saat, jika telah waktunya, saya akan kembali bersama keluarga. Jika Allah mentakdirkan, saya ingin membuka pondok tahfidzul qur’an.  Meski sampai hari ini aku tak memiliki modal apa-apa untuk ini, aku sangat yakin dan haqqul yakin janji Allah. Siapa yang ingin menolong agama Allah, Allah sendiri yang akan membantunya. Insya Allah. [ans/seperti diceritakan A Yani pada hidayatullah.com]

Tak Ingin Berpaling DariMu Hanya Karena Ingin Buah Hati

23 Nov

Sudah banyak tawaran dan godaan agar ia dapat segera memiliki anak. “Saya khawatir menjadi orang kurang sabar,” katanya

Hidayatullah.com–SEPULUH tahun, bukanlah kurun waktu singkat bagi sebuah keluarga dalam menanti kehadiran seorang anak. Menikah pada tahun 2001 silam, hingga kini di usia pernikahannya yang hampir menginjak kepala satu, Masykur (42), begitu nama laki-laki tersebut, belum juga dianugerahi seorang buah hati.
Padahal, menurut keterangannya, sejak awal menikah, sedikitpun tidak pernah terlintas di benak mereka untuk menunda-nunda memiliki anak. ”Tidak ada istilah penunda-penundaan sejak awal kami menikah”, jelasnya ketika ditemui Hidayatullah.com.
Awalnya, Masykur dan istri, Faidah, tidak pernah memiliki firasat kalau mereka akan mengalami hal demikian. Sebabnya, mereka tidak menemukan gejala-gejala yang mengarah ke sana. Semua aktivitas berjalan dengan lancar, tanpa ada hambatan berarti.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai menyadari akan adanya keganjalan, karena sekian lama menikah, tanda-tanda kehamilan tidak kunjung tiba.
Bermodal masukan-masukan dari keluarga dan kerabat-kerabatnya, masykur-pun melakukan ihktiar dengan jalur pijat, yang menurut keterang sahabat-sahabatnya bisa menjadi wasilah kehamilan.
”Hampir sebulan sekali, saya antar istri untuk pijat,” terang Masykur. Selain itu, untuk menyempurnakan usahanya, guru al-Quran di salah satu sekolah swasta Surabaya ini, juga menggunaka obat-obatan herbal jenis jamu-jamuan, habbatus sauda, dll.
Setelah beberapa lama menjalani proses demikian, ternyata apa yang mereka usahakan  belum juga membuahkan hasil positif.
Karena itu untuk lebih memantapkan usahanya, mereka lakukan cek medis di beberapa rumah sakit  di Surabaya dan sekitar.
”Tapi hasilnya nihil. Menurut keterangan dokter-dokter yang pernah kami datangi, kami normal-normal saja, tidak ada problem,” tuturnya menjelaskan hasil dari dokter.
Sekalipun demikian, mereka tidak pernah patah arang untuk terus berusaha dan berusaha. Jangan tanya soal  biaya, menurut keterangan Masykur, sudah banyak mereka keluarkan.
”Kalau dialokasikan untuk membangun rumah, sepertinya sudah cukup lah,” ujarnya menjelaskan perkiraan uang yang telah mereka keluarkan.
Yang menakjubkan, pria yang hapal al-Quran (hafidz) ini bersepakat  untuk memiliki anak dengan jalur alami. Mereka menolak untuk melakukan proses bayi tabung. Alasannya, mereka ingin mendapatkan keturunan dengan jalur syar’I yang diridhoi Allah.
Bukan apa-apa, semenjak mereka berdua melakukan ihtiar, sudah banyak pesan, nasehat dan saran macam-macam. Misalnya, ia dinasehatkan untuk ke dukun, pakai jampi, adopsi,  bahkan sampai bayi tabung.
”Saya tidak bilang kalau jalur tersebut (bayi tabung) adalah haram. Namun kami keberatan untuk melakukannya, karena khawatir, kalau tak ada barokah Allah atas keturunan kami kelak. Sebab, prosesnya tak kami lalu secara alami, sebagaimana disunnahkan,” uangkap Masykur.
Rahasia Tersingkap
Pada awal tahun 2010 silam, sebuah peristiwa besar terjadi di tengah-tengah keluarga Masykur, yang kemudian menjadi titik awal terungkapnya secara medis permasalahan yang mereka alamai. Sang-istri, Faidah (37), terhitung semenjak bulan Januari, sering mengalami pendarahan yang sangat parah, dan itu terulang beberapa kali.
Efek dari kejadian tersebut, Faidah mengalami kekurangan darah hingga harus ditransfusi di sebuah rumah sakit.
”Ketika mengalami pendarahan, terus terang saya tidak sampai hati melihatnya. Karena, darah yang keluar, bak air kran, deras sekali,” kenang Masykur.
Setelah dirujuk ke salah satu rumah sakit Islam Surabaya, barulah terungkap bahwa di rahim sang istri, terdapat tumor, yang diperkirakan telah lama tumbuh.
“Menurut perkiraan dokter, kalau tumornya telah tumbuh semenjak dia duduk di SMP, ” lanjut Masykur.
Mendengar berita demikian, terang saja Masykur kaget, bak tersambar petir di siang bolong. Yang lebih membuat dia sedih, adalah, keputusan para dokter.
Awalnnya, seorang dokter menyarankan agar rahim sang istri diangkat. Dan itu artinya, Faidah akan divonis tidak akan pernah hamil. “Ketika itu saya sangat sedih.
Tapi hanya pasrah pada Allah, kalau memang jalan itu satu-satunya yang harus ditempuh” ucapnya dengan terbata-bata.
”Namun Alhamdulillah, keputusan tersebut akhirnya dianulir dokter lain. Dokter lain mengatakan, hanya dengan melakukan operasi pengambilan tumor, katanya itu sudah cukup.”
Keputusan tersebut, benar-benar membuat hati Masykur sedikit lega, sekalipun tetap dihantui rasa was-was akan proses operasi yang akan dijalani oleh sang-istri. Dan yang lebih membuat hatinya gundah, dia dibingungkan soal dana operasi yang jumlahnya tidak sedikit.
Mengandalkan gajinya sebagai seorang guru ngaji, terang saja tidak mungkin mencukupi. Untungnya di saat genting, bantuan Allah datang melalui keluarga, sahabat, dan salah satu lembaga amil zakat nasional. Operasipun dilakukan, dan berjalan dengan lancar.
Tetap Sabar
Sebagai keluarga yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak, tentu saja banyak godaan yang menghampiri. Bagi Masykur hal tersebut wajar, dan dia senantiasa berfikir positif terhadap godaan-godaan tersebut, terutama ketika langsung berkaitan dengan masalah anak.
Ketika sedang berkumpul dengan kerabat, sahabat, ataupun keluarga dekat, tidak sedikit yang menyentil,”Kapan nih memiliki anak?” Tapi bagi Masykur pribadi, hal tersebut tidak terlalui dia hiraukan.
”Anak itu sama dengan rizki. Allah lah yang memiliki hak mutlak, sedangkan manusia hanya bisa berikhtiar dan berikhtiar. Sebesar apapun usaha yang telah dilakukan, ketika Allah belum menghendaki, ya tidak tercapailah apa yang diinginkan,” terangnya.
Sekalipun demikian, diakuinya, tidak jarang juga, akibat dari sindiran-sindiran tersebut,  istrinya terkadang menangis karena tidak kuat secara psikis. Untuk menghiburnya, Masykur acapkali menyitirkan ayat-ayat al-Quran yang mengisahkan tentang  perjalanan Nabi-Nabi terdahulu, seperti; Zakaria dan Ibrohim, yang hingga ubanan belum juga memiliki keturunan.
Namun, berkat kehendak Allah, pada usia senja itu, justru istri-istri mereka mengandung, yang pada akhirnya mereka pun memiliki keturunan.
”Selain itu (dengan membacakan ayat-ayat al-Quran), kita sering berkunjung ke rumah kenalan-kenalan ataupun para tokoh agama yang memiliki nasib serupa, sebagai cerminan bahwa masih banyak orang yang mengalami hal yang sama, bahkan, mungkin lebih parah,” jelasnya.
Hiburan lain selain sering melakukan silaturrahim, keluarga ini juga senantiasa gembira jika menyisihkan sebagian harta yang mereka miliki untuk keperluan anak-anak yatim.
”Mungkin secara nasab mereka bukan anak kita. Tapi, hakekatnya, mereka adalah bagian dari kita. Sebab itu, kita harus mengangkat derajat mereka agar kedepan mereka bisa hidup lebih baik lagi.”
Kini setelah melakukan operasi tumor rahim, Faidah dalam kondisi sehat, bahkan dia sudah mulai bekerja seperti biasa. Besar harapan mereka berdua, kalau sekiranya mereka dikarunia anak-anak, mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sholeh dan sholehah, yang siap mengabdikan diri untuk kejayaan agama.
Kini, meski operasi tumor istrinya sudah berhasil, godaan tetap terus menyelimuti hari-harinya. Meski demikian, di tengah kesulitan ini, ia berharap tak akan berpaling dari Allah.

”Kami tidak mau menyesal di kemudian hari, hanya karena kurang sabar. Insya Allah, apa yang telah menjadi keputusan Allah, itulah yang terbaik,” imbuhnya. [Robin/hidayatullah.com]

Tanda-tanda Gunung Berapi Akan Meletus

Apa Tanda-Tanda Gunung Berapi Akan Meletus Tanda Alam Firasat Binatang Dan Tumbuhan. Terjadinya bencana alam gunung meletus pasti bukan kejadian yang ditunggu-tunggu, yah! Kalo bisa jangan terjadi, deh! Coba lihat video detik-detik Gunung Merapi meletus tahun 2010 dari Youtube yang memakan puluhan korban jiwa.

Nah, sebelum gunung meletus, biasanya alam akan memberi tanda-tanda. Seperti yang terjadi saat Gunung Krakatau meletus di tahun 1883. Ada banyak tanda yang bisa dirasakan oleh warga setempat.

Berikut ini 5 ciri atau tanda gunung berapi akan meletus:

Tanda yang pertama sudah sangat umum adalah gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun segera waspada.

Tanda yang kedua adalah banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.

Tanda ketiga, meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.

Tanda keempat, mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.

Tanda kelima, tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.

Sebagai tambahan, inilah 3 (tiga) macam atau tipe gunung berapi. Bila kamu berada di dekat suatu gunung berapi, coba dari sekarang amati bentuknya ya.

1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano)
2. Gunung berapi perisai (shield volcano)
3. Gunung berapi maar

Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :

Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.

Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.

Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.

Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.

Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

sumber: kidnesia.com, wikipedia.org (sedikit modifikasi)

Tetap waspada akan bahaya letusan Gunung Berapi dan perhatikan ciri tanda-tanda Gunung Berapi akan meletus.

Gunung Galunggung Mulai Aktif, Gempa Vulkanik Meningkat

Gunung Galunggung Mulai Aktif Gempa Vulkanik Meningkat Info Terkini Gunung Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat. Prediksi Gunung Galunggung meletus pasca letusan Gunung Merapi tahun 2010. Berita bencana alam terbaru setelah potensi Gunung Krakatau akan meletus Jakarta tenggelam oleh gelombang tsunami. Indonesia masih terus diguncang dan dilanda bencana nasional. Lihat video youtube prosesi pemakaman Mbah Marijan meninggal dunia wafat sujud.

Gempa vulkanik Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami peningkatan pada di Oktober ini dibandingkan September lalu. “Bulan September tercatat empat kali gempa, sedangkan memasuki akhir Oktober 2010 menunjukan peningkatan yang sudah tercatat 34 kali gempa vulkanik,” kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Galunggung, Heri Supartono, di Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/10)..

Meskipun aktivitas Gunung Galunggung Tasikmalaya mengalami peningkatan, menurut Heri, hasil kajian pengamatannya itu masih dalam batas normal, bahkan objek wisata Gunung Galunggung masih aman dikunjungi wisatawan. “Objek Cipanas Galunggung dari hasil pengukuran suhu air di tiga tempat kawasan gunung Galunggung Tasik hanya mencapai 55 derajat dan 62 derajat sehingga dinyatakan normal dan aman bagi pengunjung,” katanaya.

Dikatakan Heri, pihaknya akan terus melaporkan setiap perubahan kepada pemerintah daerah. Namun, ia menyayangkan hilangnya jalur lahar dan kawasan menampung lahar dingin akibat dampak dari galian C atau penambangan pasir. Padaahal, gunung itu masih aktif

Jika waktu yang tidak dipastikan terjadi letusan Gunung Galunggung Tasikmalaya Jabar, menurut Heri, penanganan bencananya tidak jelas. Bahkan tidak ada jalur evakuasi dan kawasan pengungsian. “Saya berharap pemerintah daerah mampu memberikan kebijakan dan mengendalikan keadaan disana, kemudian rencana penanganan bencana pun disusun dengan baik,” kata Heri. liputan6.com

Daftar 21 Gunung Berapi Tipe A dan B Di Indonesia Aktif Dalam Status Waspada Dan Siaga Siap Meletus

Di Indonesia, banyak ditemukan gunung api dalam kondisi aktif. Berdasarkan pantauan Pusat Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ESDM, ada 21 gunung api tipe A yang status keamanannya tidak normal. Lihat Video Youtube Letusan Gunung Berapi Terdahsyat Di Dunia Gunung Meletus Terhebat Sepanjang Masa.

“Catatan kita ada 18 gunung berapi yang berstatus waspada, 2 siaga dan 1 berstatus awas,” kata Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Berapi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus.

List 21 Gunung Api Indonesia yang aktif berstatus waspada dan siaga:

18 Gunung Berapi yang berstatus waspada

1. Gunung Sinabung (Karo, Sumut)
2. Gunung Talang (Solok, Sumbar)
3. Gunung Kaba (Bengkulu)
4. Gunung Kerinci (Jambi)
5. Gunung Anak Krakatau (Lampung)
6. Gunung Papandayan (Garut, Jabar)
7. Gunung Slamet (Jateng)
8. Gunung Bromo (Jatim)
9. Gunung Semeru (Lumajang, Jatim)
10. Gunung Batur (Bali)
11. Gunung Rinjani (Lombok, NTB)
12. Gunung Sangeang Api (Bima, NTB)
13. Gunung Rokatenda (Flores, NTT)
14. Gunung Egon (Sikka, NTT)
15. Gunung Soputan (Minahasa Selatan, Sulut)
16. Gunung Lokon (Tomohon, Sulut)
17. Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara)
18. Gunung Dukono (Halmahera Utara, Maluku Utara)

2 Gunung Berapi yang berstatus siaga

1. Gunung Karangetang (Sulut)
2. Gunung Ibu (Halmahera Barat, Maluku Utara)

1 Gunung bersatus awas dan kini telah meletus, yakni Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta.
“Ada 21 yang statusnya waspada hingga awas, dari 68 gunung api bertipe A yang kami pantau,” sambung Agus.

Gunung tipe A adalah gunung berapi yang pernah bererupsi sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Sedangkan gunung berapi tipe B adalah gunung yang sesudah tahun 1600 tidak lagi mengalami erupsi. Gunung tipe C adalah gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, atau tidak ada catatan letusannya.

“Ini kami sampaikan agar masyarakat lebih waspada, karena gunung-gunung itu sering didaki, juga sering untuk jalan-jalan, banyak aktivitas warganya. Dengan pemberitahuan ini agar diperhatikan jika ada hembusan panas,” lanjut Agus.

Status bahaya level I atau aktif normal artinya berdasarkan pengamatan visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Level II atau waspada berarti ada peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan metide lain yang saling mendukung. Sedangkan level 4 atau awas, letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap. Hal ini akan diikuti letusan utama. [detik.com]